Coenzyme Q10 untuk Parkinson

Kalbe.co.id - Pada penyakit parkinson, (PD, Parkinson Disease), terjadi gangguan persarafan degeneratif dengan gejala tremor, perlambatan pergerakan (motorik), dan kekakuan otot. Di Amerika Serikat, PD mempengaruhi kurang lebih 1% orang dengan usia di atas 65 tahun. Secara patologi terlihat penurunan neuron dopaminergik yang ada di substansia nigra pars kompakta dan adanya badan Lewy pada saraf di substansia nigra dan daerah ekstra nigra di otak.

Penyebab PD tidak diketahui dengan pasti, namun diperkirakan disebabkan karena abnormalitas genetik dan pengaruh faktor-faktor lingkungan. Penelitian mengenai mitokondria dilakukan karena adanya anggapan mengenai pengaruh 1-methyl-4-phenyl-1,2,3,6-tetrahydropyridine (MPTP) yang dapat menyebabkan parkinsonism melalui penghambatan kompleks I pada rantai transpor elektron mitokondria.

Coenzyme Q10 perupakan penerima elektron untuk kompeks I dan II dan juga merupakan antioksidan yang poten. Penelitian memperlihatkan penurunan kadar Coenzyme Q10 pada mitokondria yang telah diisolasi dari pasien dengan PD dan kadar serum Coenzyme Q10 pada pasien dengan parkinsonism lebih rendah dibandingkan dengan kadar Coenzyme Q10 pada pasien yang mengalami stroke. Penelitian lainnya memperlihatkan bahwa pemberian Coenzyme Q10 sebagai suplemen mengurangi hilangnya dopamin dan akson dopaminergik striatum pada tikus. Selain itu pemberian Coenzyme Q10 pada tikus sebagai suplemen bermakna meningkatkan konsentrasi Coenzyme Q10 di mitokondria korteks serebral. Penelitian memperlihatkan bahwa pemberian Coenzyme Q10 pada dosis 400, 600, dan 800 mg/hari pada pasien dengan PD ditoleransi dengan baik dan meningkatkan kadar Coenzyme Q10 dalam plasma dengan bermakna.

Dengan adanya penelitian-penelitian ini, sebuah penelitian lanjutan dilakukan untuk mengetahui keamanan dan toleransi pasien PD baru, terhadap pemberian Coenzyme Q10 dan meneliti kemampuan Coenzyme Q10 dalam mengurangi penurunan fungsional pada pasien-pasien tersebut. Metode penelitian:
Penelitian : multisenter, acak, kelompok-paralel, tersamar ganda, perbandingan dosis
Pasien : 80 pasien dengan PD baru yang tidak memerlukan terapi untuk disabilitasnya.
Terapi : Pemberian secara acak Coenzyme Q10 dengan dosis 300, 600 atau 1200 mg/hari, atau Plasebo.
Metode penilaian :

* Penilaian menggunakan Unified Parkinson Disease Rating Scale (UPDRS) pada saat skrining, baseline dan pada kedatangan pasien ke klinik pada bulan ke 1, 4, 8, 12 dan 16.
* Pasien di follow up selama 16 minggi atau hingga pasien memerlukkan terapi menggunakan levodopa.
* Pengukuran yang dilakukan untuk menilai perubahan pada skor total UPDRS dari baseline hingga kunjungan pasien terakhir ke klinik.

Hasil penelitian :




Kelompok

Coenzyme Q10

300 mg


Kelompok

Coenzyme Q10

600 mg


Kelompok

Coenzyme Q10

1200 mg


Kelompok plasebo

Perubahan total rata-rata UPDRS


+8.81


+10.82


+6.69


+11.99

* Tes untuk tren linier antara dosis dan perubahan skor total UPDRS rata-rata nilai p adalah 0.09, yang memenuhi kriteria prositif para ahli penelitian ini. (Analisa primer)
* Untuk analisa sekunder, perbandingan antara kelompok yang diberikan terapi dengan dosis yang berbeda-beda dengan kelompok plasebo, dan perbandingan antara kelompok yang diberikan dosis 1200 mg dengan kelompok plasebo adalah bermakna (p=0.04)
* Dalam penelitian ini juga diketahui bahwa Coenzyme Q10 hingga dosis 1200 mg sehari aman dan ditoleransi dengan baik oleh pasien.
* Disabilitas pada kelompok yang diberikan Coenzyme Q10 lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok yang diberikan plasebo. Disabilitas semakin rendah apabila dosis yang diberikan lebih tinggi.

Kesimpulan:

* Didukung oleh penelitian-penelitian sebelumnya yang menggunakan Coenzyme Q10, disabilitas lebih sedikit dijumpai pada pasien yang diberikan Coenzyme Q10, dibandingkan pasien yang diberikan plasebo.
* Makin tinggi dosis Coenzyme Q10 yang diberikan, makin sedikit disabilitas.
* Pemberian Coenzyme Q10 pada pasien-pasien dalam kelompok ini relatif aman dan ditoleransi dengan baik.
* Coenzyme Q10 tampaknya dapat memperlambat gangguan fungsi pada PD, namun tentu saja perlu dilakukan penelitian yang lebih besar lagi untuk memberikan kepastian yang lebih jelas, serta dosis optimal yang memberikan efek terapi terbaik yang perlu diberikan pada pasien-pasien tersebut.